3+ Macam Perlawanan Rakyat Batak pada Masa Perjuangan - Fakta dan Info Daerah Indonesia

3+ Macam Perlawanan Rakyat Batak pada Masa Perjuangan

Berapa jumlah suku yang ada di Indonesia? Jawabannya adalah terdapat 1.340 suku yang tersebar di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang paling dikenal di Indonesia adalah suku batak. Mengapa suku batak paling dikenal di Indonesia? Karena persebaran suku yang ada di Indonesia paling banyak suku batak dan Jawa. Dominasi tersebut hampir mencakup seluruh Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi.

Suku Batak di Sumatra Utara

Tradisi turun temurun suku batak mengharuskan pria yang berusia di atas 18 tahun untuk merantau keluar dari kampung halaman. Perantauan tersebut bertujuan untuk mencari pekerjaan atau sekedar mempelajari arti kehidupan. Asal muasal suku batak tersendiri awalnya dari Sumatera Utara. Yang mana menjadi pintu gerbang masuknya penjajah dari bangsa barat melakukan intimidasi kepada masyarakat Indonesia kala itu.

Provinsi Sumatera Utara yang terkenak dengan wisata Danau Toba terletak paling ujung barat wilayah Negara Indonesia setelah Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam. Bangsa Belanda masuk Indonesia disambut hangat oleh suku batak. Namun lama kelamaan terdapat perlawanan dari bangsa batak itu sendiri. Hal ini dikarenakan tanam paksa yang menyiksa masyarakat suku batak. Bagaimana macam perlawanan yang dilakukan oleh suku batak? Penjelasannya sebagai berikut.

Perlawanan Suku Batak


Suku batak adalah masyarakat yang terkenal karakteristik cara berbicaranya. Cara berbicara yang dilakukan oleh suku batak dapat dikenali dari intonasi kerasnya. Mungkin terdapat kebiasaan suku batak yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Yaitu kebiasaan martarombo, yang artinya suku batak gemar untuk menjalin hubungan saudara dengan kesamaan marga. Dari hubungan tersebut maka dapat diketahui bahwa sistem kekerabatan mereka sangat kuat.

Perlawanan Rakyat Batak pada Masa Perjuangan

Pada masa penjajahan, raja yang menguasai rakyat batak paling terkenal bernama Sisingamangaraja XII. Pusat pemerintahan kekuasaan tanah batak berada di Danau Toba dan sekitarnya. Belanda mulai memasuki tanah batak tepatnya di Kabupaten Tapanuli pada tahun 1878.

Kemudian suku batak merasa tidak terima oleh intimidasi yang dilakukan Belanda. Bagaimana macam perlawanannya? Simaklah uraian materi sebagai berikut.

Perang Tapanuli (1878)

Awal mula Belanda memasuki daerah Tapanuli, mereka disambut dengan baik oleh masyarakat suku batak. Perlawanan dimulai saat Belanda ingin mewujudkan peraturan Pax Netherlandica. Kegiatan tersebut adalah penyebaran agama Kristen dengan dalih melakukan penanaman kekuasaan di tanah batak.

Rencana busuk Belanda tercium oleh Sisingamangaraja XII. Akhirnya perang Tapanuli pecah pada tahun 1878.

Perlawanan rakyat batak pada perang tapanuli diakibatkan dari beberapa faktor. Yang pertama, pemerintah hindia belanda mencoba menaklukan daerah Sumatera Utara dengan cara mengirim ekspedisi militer dan menanamkan kekuasaannya.

Wilayah yang dikirim ekspedisi militer oleh pemerintah hindia belanda antara lain Tapanuli, Padang Lawas, Sipirok, Angkora, Mandailing, dan sekitarnya.

Sebab timbulnya perang tapanuli yang kedua adalah meninggalnya Sisingamangaraja X (Tuan na Balon) akibat ekspedisi militer yang dilakukan oleh pemerintah hindia belanda. Dan sebab terakhir timbulnya perang tersebut adalah penyebaran agama Kristen yang dilakukan belanda, diyakini oleh Sisingamangaraja XII bahwa belanda ingin menggoyahkan kepercayaan masyarakat suku batak.

Pada bulan Februari 1878, pos yang berada di Bahal Batu, Tarutung, Tapanuli Utara merupakan markas tentara Hindia Belanda. Rakyat batak melakukan perlawanan yang dipimpin langsung oleh Sisingamangaraja XII.

Perlawanan tersebut dilakukan dengan cara menyerang pos Hindia Belanda yang berdiri di Bahal Batu tersebut. Serangan rakyat batak berlangsung dengan menggebu-gebu karena hasrat ingin menang besar sekali.

Rakyat batak mendapatkan bantuan dari sesama suku batak yang bertempat tinggal di wilayah setempat seperti daerah Buntur, Balige, Lumban Julu, dan lain-lain. Pertempuran kedua belah kubu sama kuat. Korban berjatuhan baik dari pihak pemerintah Hindia Belanda maupun rakyat Batak.

Hindia Belanda unggul dari segi penyediaan senjata perang, sedangkan rakyat batak unggul dari jumlah partisipan perang.

Perang Silindung (1885)

Belum diketahui pemenang dari penyerangan rakyat batak kepada hindia belanda tersebut, 7 tahun setelahnya tepatnya pada tahun 1885 terjadi pertempuran di Toba Silindung. Pemerintah Hindia Belanda mengirim ekspedisi militer ke daerah Toba Silindung untuk menguasai daerah tersebut.

Sisingamangaraja XII mendengar berita tersebut, respon negatif dilontarkan kepada pemerintah Hindia Belanda.

Respon tersebut berupa penyerangan kembali melawan ekspedisi militer tersebut. Sisingamangaraja XII kala itu memiliki nama asli Patuan Basar Ompu Pula Batu. Perang Silindung merupakan perlawanan rakyat batak yang paling cerdas.

Hal ini dikarenakan penggunaan beteng pertahanan yang berjumlah 2 jenis. Sisingamangaraja XII adalah tokoh yang memperkenalkan penggunaan 2 jenis beteng untuk melaksanakan peperangan.
Dua jenis beteng tersebut adalah beteng alami dan beteng buatan. Beteng alami tepatnya berada di hutan area perbukitan.

Rakyat batak sangat familiar dengan kondisi topografi dari hutan tersebut. Sehingga tentara hindia belanda kebingungan saat memasuki area hutan. Dan pada saat itulah penyerangan rakyat batak terhadap tentara hindia belanda menggapai kemudahan. Untuk beteng buatan, rakyat batak menggunakan hurugan tanah yang menjulang.

Hurugan tersebut mirip seperti reklamasi yang dilakukan di atas tanah hutan. Membangun beteng buatan membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan. Hal ini dikarenakan reklamasi tersebut dilakukan dengan cara manual.

Yaitu satu persatu rakyat batak membawa karung berisi tanah kemudian ditumpahkan dalam satu titik. Prosedur tersebut dilakukan terus menerus hingga membentuk beteng yang menjulang tinggi sebagai perlindungan rakyat batak.

Perang Bakkora dan Lumbung Raja (1900)

Perang ini berlangsung di area tempat tinggal Sisingamangaraja XII. Perang ini terjadi karena rakyat batak mulai terdesak akibat penyerangan yang dilakukan tentara Hindia Belanda. Dalam tahap ini, pasukan Sisingamangaraja XII mulai melemah.

Rakyat batak banyak yang gugur. Akibatnya, sebagian rakyat batak menyerah kepada Belanda. Hal ini dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan pemerataan kekuasaan di tanah Aceh dan Batak.

Pada tahun 1904, pasukan Marsose yang dikepalai oleh Let. Kol. van Dallen yang memiliki nama lain Gayo Alas en Batak Stochten menyerang keluarga Sisingamangaraja XII. Mereka terdesak dan tidak dapat melakukan perlawanan. Kemudian yang terjadi adalah tewasnya Putri Sisingamangaraja XII, Lapian dan masing-masing 2 putranya, Sultan Nagari dan Patuan Anggi. Dari informasi tersebut maka dapat disimpulkan yang tersisa adalah Sisingamangaraja XII.

Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, Sisingamangaraja XII menyerang kompeni Belanda menggunakan rencong. Rencong adalah senjata khas daerah batak. Gambaran rencong adalah berbentuk seperti parang, dengan gagang yang berbelok. Tajamnya rencong yang telah terasah mampu untuk membelah batang pohon glugu dengan sekali tebas. Namun karena tentara hindia belanda menggunakan senapan, maka Sisingamangaraja XII tewas tertembak.

Pada tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur. Gugurnya Sisingamangaraja XII menyebabkan pemerintah Hindia Belanda menguasai daerah Batak dan Aceh sekaligus. Hampir semua hasil bumi yang dipanen oleh rakyat harus disetorkan oleh kolonial Belanda. Rakyat hanya mendapatkan 5%. Akibat tanam paksa ini maka banyak rakyat batak yang menderita hingga akhirnya berujung pada kematian.

Dari cerita perlawanan rakyat batak tersebut, terdapat pesan yang tersirat. Pesan tersiratnya berasal dari kekalahan Sisingamangaraja XII berseta pasukannya melawan pemerintah Hindia Belanda. Isi pesannya antara lain kerja keras disertai dengan kerja cerdas kurang mendapatkan nilai lebih jika tidak ada kerjasama yang baik.

Maka dari itu perlu membangun kerjasama yang baik antar anggota tim jika kedepannya ingin meraih kesuksesan.

Sekian artikel pada kali ini, semoga penjelasan mengenai perlawanan rakyat batak dapat menjadi sumber edukasi bagi pembaca sekalian. Semangat terus pelajar Indonesia, mohon maaf bila ada salah kata. Terima kasih!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "3+ Macam Perlawanan Rakyat Batak pada Masa Perjuangan"

Posting Komentar