Macam Perlawanan Rakyat Kalimantan pada Masa Perjuangan
Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang termasuk dalam gugusan kepulauan sunda besar. Disana, wilayahnya terbagi atas 3 negara Asia Tenggara antara lain Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darrussalam. Penyebutan Kalimantan juga bisa dinamakan dengan Borneo. Kalimantan memiliki hutan hujan tropis terbesar di seluruh wilayah Indonesia. Bisa disebut bahwa Pulau Kalimantan menjadi penyumbang sebagian oksigen di permukaan bumi.
Pada masa silam, wilayah Indonesia dijajah oleh berbagai negara barat. Negara yang paling lama menjajah Indonesia adalah Belanda. Saat era penjajahan bangsa barat tersebut wilayah Indonesia disebut sebagai Hindia Belanda. Tidak heran pada zaman tersebut dinamakan masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Warga Indonesia tentunya tidak tinggal diam atas penjajahan yang berlangsung.
Negara Indonesia kala itu belum terbentuk sehingga persatuan belum terwujud. Perlawanan yang dilakukan oleh berbagai daerah terlaksana secara mandiri. Kurangnya persenjataan dan kemampuan berperang membuat bangsa Indonesia berulang kali menelan kekalahan. Rakyat Kalimantan yang terkenal dengan suku dayak melakukan perlawanan yang tiada henti-hentinya untuk mengusir penjajah pergi dari tanah Borneo.
Rakyat Kalimantan berjuang mengusir penjajah menggunakan senjata daerah yang khas, yaitu Mandau. Deskripsi bentuk Mandau adalah semacam pedang yang gagangnya pendek namun lebar, dan mata pedang berbentuk besar nan tajam. Satu tebasan Mandau yang telah terasah dapat membelah leher manusia. Penasaran dengan cerita lengkap perlawanan rakyat Kalimantan? Simak penjelasan materi sebagai berikut.
Perlawanan Rakyat Kalimantan
Perlawanan rakyat adalah bentuk pertentangan yang dilakukan masyarakat terhadap kekuasaan paksa pada era penjajahan. Pada masa penjajahan dulu, pemerintahan kolonial Hindia Belanda menerapkan Kerja Rodi pada masyarakat.
Kerja Rodi adalah kerja paksa yang berbentuk cocok tanam, pembangunan infrastruktur, dan sebagainya. Parahnya, rakyat pribumi yang melakukan Kerja Rodi tidak mendapatkan bayaran sepeserpun.
Rakyat banyak yang meninggal akibat kerja paksa tersebut. Jika menolak, maka kompeni Belanda akan membunuh masyarakat pribumi yang tidak patuh tersebut. Padahal, di sisi lain apabila masyarakat menaati kerja paksa, mereka berakhir pada mati kelelahan dan kelaparan. Hal inilah yang memancing munculnya perlawanan rakyat di Kalimantan.
Penjelasan perlawanan rakyat di Kalimantan secara lengkap diulas pada uraian materi sebagai berikut.
Perlawanan Rakyat di Kalimantan pada Masa Perjuangan
Perlawanan rakyat di Kalimantan dimulai pada tahun 1734. Kala itu, yang menempati wilayah Kalimantan adalah bangsa Inggris. Bangsa Inggris tidak serakah, mereka hanya mengambil kapulaga dan rempah-rempah secukupnya untuk dijual di dataran Eropa.
Saat bangsa Inggris meninggalkan Kalimantan pada tahu 1734, bangsa Belanda gantian yang mengunjungi Kalimantan.
Bangsa Belanda memasuki wilayah Kalimantan melalui Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Pada masa itu kerajaan yang menguasai daerah Kalimantan dipimpin oleh Sultan Tahlilillah.
Bangsa Belanda melakukan pendekatan terhadap Sultan Tahlilillah dengan dalih melakukan perdagangan di wilayah Banjarmasin. Dengan baik hati, Sultan Tahlilillah memberikan fasilitas perdagangan kepada bangsa Belanda.
Bagaikan air susu dibalas air tuba, bangsa Belanda awalnya patuh terhadap aturan-aturan perdagangan tersebut. Belanda merasa beruntung dengan fasilitas dagang yang didapatkan dari kerajaan.
Lambat laun, bangsa Belanda mulai melakukan kecurangan. Kecurangan ini tercium oleh Pangeran Nata. Disaat itu, Pangeran Nata sedang mengalami gesekan dengan Pangeran Amir terkait perebutan kekuasaan.
Hal ini digunakan bangsa Belanda sebagai kesempatan dalam menguasai wilayah Kalimantan Selatan khususnya Kota Banjarmasin. Belanda melakukan persetujuan dengan Pangeran Nata. Akhirnya, Pangeran Amir ditangkap dan dibuang ke daerah Ceylon, Russia.
Lalu Pangeran Amir naik tahta menjadi Sultan. Sesuai dengan perjanjian terhadap Belanda, Sultan harus menyerahkan sebagian wilayahnya untuk Belanda.
Wilayah yang diserahkan tersebut antara lain Kutawaringin, Bulongan, Kutai Kartanegara, Bulongan, dan Tanah Bumbu. Kekuasaan Belanda di daerah tersebut berjalan berangsur-angsur hingga beberapa tahun. Rakyat dipaksa menyerahkan hasil panen kepada Belanda.
Rakyat pribumi yang mulai menderita hendak melakukan perlawanan. Perlawanan rakyat dimulai pada tanggal 28 April 1859.
Kurang lebih selama 1 abad masyarakat Kalimantan merasakan sengsara akibat kedudukan pemerintah Kolonial Hindia Belanda sebelum akhirnya melakukan perlawanan. Perang ini dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Beliau memimpin kurang lebih 3.000 pasukan yang termasuk pribumi masyarakat Kalimantan. Sebelum melakukan penyerangan, seluruh pasukan tersebut diberikan pelatihan tata cara berperang yang baik dan benar.
Persenjataan pasukan juga sudah lengkap, setiap pasukan membawa senjata laras panjang dan Mandau. Senjata massal seperti meriam juga dikerahkan untuk melumpuhkan pasukan Belanda. Penyerangan ini dimulai dari menyerbu pos Belanda. Penyerbuan dilakukan pada malam hari.
Tidak hanya pasukan Pangeran Antasari, penyerangan juga dilakukan oleh pasukan Kyai Demang Loman.
Pos-pos Belanda mulai lumpuh akibat penyerangan dua sisi pada malam hari oleh pasukan Pangeran Antasari dan Kyai Demang Loman. Pos Belanda yang mulai melumpuh akhirnya terkalahkan dan mereka mundur. Pada tanggal 27 September 1859, pertempuran dilakukan oleh pasukan Kyai Demang Loman di Benteng Gunung Lawak. Pasukan beliau kala itu kalah jumlah dengan kekuatan militer Belanda.
Akhirnya mereka terpaksa mundur, meski demikian rakyat tetap menggencarkan serangan gerilya, yaitu penyerangan diam-diam pada malam hari. Namun hal tidak mengenakkan terjadi I kubu kerajaan Kalimantan.
Tumenggung Surapati mengalami gesekan dengan Pangeran Antasari. Tumenggung Surapati meminta Belanda untuk menangkap Pangeran Antasari dengan imbalan sejumlah daerah kekuasaan.
Tumenggung Surapati berkhianat kepada Belanda, beliau mengesampingkan egonya atas dasar rakyat Kalimantan. Dirinya berbalik menyerang Belanda pada tanggal 07 Maret 1860. Tumenggung Surapati mendapatkan bantuan dari pasukan Adipati Danureja.
Belanda kalah dalam pertempuran tersebut. Belanda diberikan surat pernyataan yang berisi harus menyerah dalam waktu 12 hari atau penyerangan dari pasukan rakyat Kalimantan kembali dilakukan.
Dalam jangka waktu tersebut Belanda tidak juga menyerah. Rakyat Kalimantan beserta kerajaan kembali menyerang Belanda. Kali ini yang menyerang adalah pasukan dari anak Pangeran Antasari, yaitu M. Seman.
Dibantu dengan kawan-kawannya saat menjadi santri di pondok pesantren, M. Seman membagi pemimpin perlawanan ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Kawan-kawannya tersebut mengikuti komando yang dilayangkan oleh M. Seman.
Gusti Mat Said, Tumenggung Naro, Penghulu Rasyid, dan Nata Widjaya adalah teman-teman M. Seman yang telah dibagi ke berbagai daerah untuk memimpin perlawanan. Namun perlawanan mereka tidak sekuat pasukan Pangeran Antasari.
Kurangnya jumlah pasukan dan tidak terampilnya menggunakan senjata membuat pasukan mereka melemah. Besarnya kekuatan militer Belanda membuat mereka memenangkan pertempuran di berbagai daerah.
Kalimantan Selatan seluruhnya telah dikuasai oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun 1870. Mendengar berita tersebut, daerah Kalimantan yang lain mulai mempersiapkan diri supaya saat Belanda ingin melebarkan daerah jajahan, mereka sudah mengantisipasi pertempuran.
Hal yang ditakuti telah tiba. Belanda menyerang wilayah Kalimantan Barat, rakyat dan pemerintahan disana lemah dalam berperang, akhirnya mereka kalah.
Nah, penjelasan di atas merupakan uraian materi yang menerangkan tentang cerita macam perlawanan rakyat Kalimantan pada masa perjuangan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber edukasi.Terima kasih!
0 Response to "Macam Perlawanan Rakyat Kalimantan pada Masa Perjuangan"
Posting Komentar