Desa Bengkala [Kubutambahan-Buleleng] Provinsi Bali dan Fakta Pesona Berlian Dibalik Kebisuan

Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali


FaktaDaerah.Com- Jika berkunjung ke Bali, jangan hentikan langkah anda pada pesona pantai Kuta dan eloknya seni desa Ubud. Coba singgahi sisi Bali Utara yaitu kabupaten Buleleng. Bertanyalah pada penduduk disana. “Dimanakah lokasi Kampung Tuli Bisu?

Saat bertanya mengenai kampung tuli bisu, anda akan mendengar desa Bengkala sebagai jawabannya. Secara umum, ketika menyebut kata “desa”, pastilah pikiran akan tertuju pada tradisi, adat istiadat, ataupun mitodologi sakral. Namun pernahkah terlintas di pikiran anda tentang sebuah desa yang berbicara dengan menggunakan tangan? Jika tidak, mari baca dan nikmati ulasan kisah berikut ini.
Baca Juga: 9+ [Fakta] Unik Indonesia, No 5 Tidak Banyak Diketahui!

Desa Bengkala [Kubutambahan-Buleleng] Provinsi Bali


Bengkala merupakan nama salah satu desa yang berada di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa Bengkalamemiliki akses jalur transportasi yang layak di lalui kendaraan roda dua maupun roda empat, terletak pada jarak 3,8 km dari kecamatan kubutambahan dan berjarak 15,6 km dari pusat Kota Singaraja.

Desa Bengkala berjarak 99,5 km dari Bandara Internasional Ngurah Raidandiperlukan waktu 2,5 hingga 3 jam perjalanan dengan kondisi lalu lintas lancar, baik melalui jalur Bedugul maupun Kintamani. Saat memasuki wilayah desa Bengkala, dengan jarak 1 km pengunjungakan melihat iconDesa Bengkala di sisi kanan jalan yaitu “Ciptakan BENGKALA yang Bersih, Elok, Nyaman, Gairah, Kreatif, Asri, Lestari, Aman”.

Sejarah Desa Bengkala [Kubutambahan-Buleleng] Provinsi Bali


Desa Bengkala ini berdiri pada bulan crawana atau bulan Juli tahun saka 1103 di bawah pimpinan Sri Maha Raja Jaya Pangus. Saat ini desa Bengkala memiliki jumlah penduduk sebesar 3.064 jiwa menurut data administrasi desa Bengkala tahun 2016 dan 43 keluarga diantaranya merupakan warga tuli bisu.Penduduk desa Bengkala memliki keunikan tersendiri yang membuatnya mampu memikat hati wisatawan dibandingkan desa lain di provinsi Bali. Selama ini, wisatawan asing yang berkunjung ke Bali mayoritas menggunakan bahasa Inggris dan beberapa dari mereka juga sangat antusiasuntuk mempelajari bahasa Bali. Namun, desa Bengkala memiliki bahasa lain yang jauh lebih menarik. Bahasa tersebut dikenal dengan “bahasa yang tidak pernah diucapkan”.

Desa Bengkala Terkenal dengan “Kolok/ Disabilitas”.


Pasti terbesit pertanyaan, “bisakah sebuah bahasa terungkapkan tanpa ternah diucapkan?
Jawabannya tentu bisa!

Mari datanglah ke desa Bengkala dan anda akan berkenalan dengan bahasa yang ‘tak pernah diucapkan, yang dikenal dengan bahasa “kolok”.

Kata kolok berarti kondisi disabilitas yaitu tidak bisa mendengar dan bicara (tuli bisu) dalam bahasa Bali, sedangkan bahasa kolokmerupakan bahasa isyarat yang digunakan oleh warga tuli bisu.Menurut mitos yang beredar, dahulu terdapat dua kelompok yang saling bertentangan mengenai pemujaan tertentu. Kelompok yang menolak pemujaan memutuskan untuk pergi dan membawa banyak harta dari desa. Kemudian, ketika dipanggil oleh kelompok yang setuju akan pemujaan, kelompok ini sama sekali tidak menoleh bahkan tidak menyahut, sehingga dikutuklah kelompok tersebut untuk menjadi orang tuli bisu atau kolok. Namun sejatinya, beberapa peninggalan artefak dan prasasti yang ditemukan pada abad 11 hingga 13 tidak ada yang menyatakan kebenaran mengenai kutukan tersebut.
Dalam prasasti hanya disebutkan bahwa dahulu desa Bengkala dan desa Pakwan banjar Kelandis merupakan satu kesatuan, namun pada abad ke-11 desa ini menjadi terpisah dan berdiri dengan otonomi masing-masing karena suatu hal.

Uniknya, warga normal (non-kolok) di desa Bengkala berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kolok meski sebenarnya mereka fasih dalam berbahasa Indonesia dan bahasa Bali. Bahasa kolok Bengkala ini berbeda dengan bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia maupun Internasional. Bahasa kolok tersebut diciptakan secara spontanitas dan berkembang secara turun temurun dari orang tua kepada anakanya yang menderita tuli bisu. Misalnya saja, membuat lingkaran di depan perut (seperti gambar di atas)yang berarti kondisi sedang mengandung atau hamil, melengkungkan jari telunjuk dan meletakkan di bagian kumis untuk menggambarkan seorang ayah, menunjuk rambut untuk menggambarkan warna hitam, menunjuk kulit untuk menggambarkan warna cokelat, dan masih banyak yang lainnya.

Menurut sejarawan, tuli bisu di alami oleh penduduk desa Bengkaladikarenakan oleh model perkawinan lokal. Perkawinan antara sesama kolok asli desa Bengkala akan melahirkan keturunan dengan persentase kolok sebesar 95%, sedangkan perkawinan kolok asli desa Bengkala dengan kolok luar desa Bengkala akan menghasilkan keturunan kolok berbanding normal dengan presentase 50%:50%. Namun ternyata, perkawinan antara sesama orang normal asli desa Bengkala juga dapat melahirkan keturunan kolok, karena adanya sifat carrier (pembawa sifat kolok), dan hal ini telah terbukti dalam 12 keluarga yangmenjadi bagian dari sejarah desa tuli bisu ini.

Foto kolok bernama Ngarda
Meski tuli bisu, warga kolok ini ternyata memiliki tingkat disiplin dan kejujuran yang tinggi. Warga lokal normal mengaku terkejut saat ada kegiatan rembug desa yang mengharuskan kumpul pukul 7 pagi, namun warga kolok telah berkumpul bahkan sebelum sang surya terbit untuk membersihkan area yang akan digunakan sebagai tempat rembug warga. Mereka juga terkenal sebagai warga yang rajin dan rendah hati dalam membantu pekerjaan desa. Mereka bersedia untuk menggali makam, menjadi buruh tani, dan  membentuk kelompok hansip kolok untuk menjaga keamanan desa.

Pekerjaan ini mereka lakukan dengan sukarela atau tanpa meminta upah. Namun sebagai wujud apresiasi warga, pihak desa biasanya membebaskan warga kolok dari beberapa iuran adat dengan tujuan meringankan beban ekonomi mereka. Selain memiliki karakter pribadi yang ‘tak kalah dengan manusia normal, warga kolok bengkala juga sangat berprestasi. Desa ini menjadi perhatian dunia melalui drama dan janger kolok sebagai maskot desa Bengkala yang menjadi berlian di tengah kebisuan mereka.

Drama dan tari janger kolok pertama diciptakan oleh Alm. I Made Nedeng tahun 1968 dan saat ini Bengkala berkembang di bawah pengelolaan Ketut Kanta selaku ketua paguyuban Kolok Bengkala sekaligus pengajar di sekolah inklusi Desa Bengkala.

Kolok Bengkala sekaligus pengajar di sekolah inklusi Desa Bengkala
Drama dan janger kolok Bengkala ini sering kali tampil di hotel internasional yang ada di kawasan Bali, bahkan sudah 3 kali tampil dalam acara Pekan Kesenian Bali (PKB). Menengok ke belakang, pada tahun 2010 janger kolok Bengkalameraih juara 2 dalam ajang Festival Film Kearifan Budaya Lokal yang digelar oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film. Selain prestasi di tahun silam, tanggal 12 November 2017 mendatang, janger kolok Bengkala bersama tarian Bebila (Bebek Bingar Bengkala) dan tari Jalak akan tampil kembali untuk memeriahkan acara di Kampung Kepiting Tuban.
Baca Juga: Suku Baduy [Lebak- Banten] dan Fakta-Fakta Yang Harus Kamu Baca!

Berbicara mengenai budaya tentunya tak bisa lepas dari dunia pendidikan. Warga kolok kerap kali dianggap minim pengetahuan dan dipandang sebelah mata dalam hal pergaulan sosial. Namun kondisi tersebut tidak lagi berlaku seiring dengan didirikannya sekolah inklusi pada tahun 2007 di SDN 2 Bengkala. Warga kolok dengan usia 6-18 tahun yang berada di dalam maupun luar desa Bengkala difasilitasi untuk mengenyam pendidikan di sekolah ini.

Pada sekolah inklusi ini, siswa normal akan belajar bersama siswa kolokdalam satu ruangan kelas yang sama. Pada saat pelajaran berlangsung, guru sekolah akan mengajar dengan bahasa Indonesia sesuai mata pelajaran masing-masing, dan disaat yang bersamaan, Ketut Kanta selaku guru sekolah inklusi akan menjelaskan pelajaran yang sama kepada siswa kolok, tentunya dengan bahasa kolok Bengkala. Pada tahun 2007, siswa kolok yang ingin bersekolah berjumlah sangat sedikit yakni hanya 10 orang. Mereka mengaku takut dan malu jika tidak bisa mengikuti pelajaran layaknya siswa normal. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, jumlah siswa kolok di sekolah inklusi ini kian meningkat dan siswa-siswa disana merasa sangat terbantu dalam hal membaca, menulis dan berhitung (calistung).
 
Kemampuan calistung juga dijadikan sebagai dasar pedoman untuk kenaikan kelas bagi siswa kolok, dengan kata lain, siswa dengan umur 10 tahun bisa saja berada dalam tingkatan yang lebih rendah dibandingkan siswa dengan umur 7 tahun. Apresiasi kemampuan belajar siswa kolok juga sama dengan siswa normal, yakni dengan pemberian ijazah kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Bahasa kolok Bengkala awalnya memang sebatasisyarat turun menurun, namun dengan perkembangan zaman dan perkembangan sumber daya manusia, bahasa isyarat kolok Bengkala ini dituangkan dalam bentuk kamus dua bahasa dan banyak diminati oleh wisatawan mancanegara seperti Australia, Belgia, Jerman dan Belanda.

Kamus bahasa isyarat kolok Bengkala ini berisikan 100 kosa kata dilengkapi gambar pergerakan anggota tubuh untuk menggambarkan makna tertentu. Kamus ini di tulis oleh Ketut Kanta dan di terbitkan pada tahun 2009 untuk edisi pertama berbahasa Indonesia, dan tahun 2014 untuk edisi kedua berbahasa Inggris. Pembuatan kamus ini sejatinya bertujuan untuk menyamakan persepsi antara warga kolok dan non kolok Bengkala dalam hal berkomunikasi. Namun ternyata, kamus bahasa isyarat menarik perhatian wisatawan asing untuk berkunjung ke Desa Bengkala, sekaligus menjadi kesempatan bagi wisatawan mancanegara untukberbagi ilmu bahasa Inggris kepada siswa kolok di sekolah inklusi tersebut. Tak jarang, wisatawan asing juga membeli kamus kolok ini untuk di bawa pulang sebagai bahan materi untuk warga tuli bisu di negaranya masing-masing. Kamus bahasa isyarat ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi golongan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Alhasil, beberapa mahasiswa telah mengembangkan kamus kolok ini menjadi kamus digital bahkan kamus visual berbasis android sebagai media edukasi dan komunikasi bagi penyandang tuna rungu.

Usai berbagi ilmu dengan anak-anak kolok di sekolah inklusi, wisatawan juga dapat mengunjungi KEM Kolok Bengkala untuk melihatpotensi ekonomi yang dibangun oleh Pertamina bersama FLipMAS INDONESIA serta digerakkan oleh warga lolok desa Bengkala. Lokasi ini berada pada kordinat 8o LS (Lintang Selatan) dan 115oBT (Bujur Timur). Pengunjung KEM juga dapat terjun langsung membantu wara kolok untuk beternak sapi, babi, maupun ayam aduan, serta dapat membantu panen di wilayah perkebunan seperti duren, jambu mete, nangka, kunyit, pisang dan daluman, serta menikmati minuman jamu kunyit tradisional atau yang akrab disebut “loloh kunyit” dalam bahasa Bali.

Kini kalian paham bukan? bahwa pesona Pulau Dewata tidak terbatas pada wisata kuliner atau makanan, kawasan oleh-oleh Bali dan panorama terasering.Potensi yang dimiliki oleh penduduk desa Bengkala yang dipandang sebagai keterbatasan sejatinya sangat layak untuk dikembangkan oleh generasi bangsa Indonesia yang kaya akan pendidikan dan pengalaman.

“Dari pada menghabiskan uang untuk terbang menjelajahi NEGERI TETANGGA,
Tidak inginkah anda untuk mencari berlian dan menyelami laut di NEGERI SENDIRI?”

Penulis dalam artikel Desa Bengkala [Kubutambahan-Buleleng] Provinsi Bali dan Fakta Pesona Berlian Dibalik Kebisuan, diberi judul "KOLOK BENGKALA : Pesona Berlian Dibalik Kebisuan yang ditulis oleh Made Vioin Weda Yani. Semoga bermanfaat kepada setiap pembaca mengenai keunikan dan kekayaan Indonesia. Baca Juga Tulisan Lainnya;
  1. Dataran Tinggi Dieng [Jawa Tengah] dan 7 Fakta yang Harus Kamu Baca!
  2. 13+ Wisata di Garut [Jawa Barat] Yang Harus Kamu Dikunjungi!
  3. 10 Tempat Wisata di Gresik [Jawa Timur] Yang Harus Kamu Kunjungi!
  4. Kabupaten Konawe [Sulawesi Tenggara] dan Fakta Yang Wajib Kamu Baca!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Desa Bengkala [Kubutambahan-Buleleng] Provinsi Bali dan Fakta Pesona Berlian Dibalik Kebisuan"

Posting Komentar