3+ Macam Perlawanan Rakyat Bali pada Masa Perjuangan

Bali, salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki potensi wisata terbesar. Pesona alam yang disajikan Pulau Bali mampu menarik minat wisatawan baik domestik maupun luar negeri. Tak hanya pantai, wisata alam semacam pegunungan dan dataran tinggi tersedia disini. Yang menjual dari Pulau Bali pun tidak hanya wisatanya, namun budaya setempat yang asri dan masih dipertahankan menjadi nilai plus.

Sudut-sudut jalan di daerah Bali khususnya Denpasar banyak ditemukan sesaji yang digunakan untuk persembahan kepada leluhur mereka. Mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu. Hal ini dikarenakan pada masa kerajaan Hindu-Budha menguasai tanah Indonesia, Bali menjadi salah satu tempat berdirinya istana. Salah satunya berada di Buleleng, yaitu Puri Agung Singaraja. Puri tersebut hingga kini dilestarikan penduduk setempat untuk tempat ibadah agama hindu.

Pada masa hindia belanda dahulu kala, masyarakat Indonesia berjuang mengusir penjajah yang menguasai bumi pertiwi. Di Bali, terdapat perlawanan rakyat yang berusaha mengembalikan kejayaan Pulau Dewata (sebutan khas Pulau Bali). Perlawanan rakyat Bali mengusir para penjajah dimulai pada tahun 1846 dan berakhir tahun 1849. Macam perlawanan rakyat Bali dapat disimak pada uraian materi sebagai berikut.

Pulau Bali


Fakta bali pada kenyataannya adalah jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang disebut gugusan sunda kecil. Bali juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan ibukota berada di Denpasar. Hari pengesahan Provinsi Bali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1959.

Luas Pulau Bali yang mencapai ±5.800 km² ini memiliki populasi penduduk sekitar ±4.230.000 jiwa pada perhitungan sensus tahun 2017. Julukan yang dilabeli rakyat Indonesia pada Bali adalah Pulau Dewata.

Perlawanan Rakyat Bali


Perlawanan rakyat adalah upaya masyarakat pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada masa lampau. Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun sebelum itu dijajah oleh Belanda selama kurang lebih 3,5 abad atau sekitar 350 tahun. Tidak hanya Belanda, Jepang juga sempat menjajah Indonesia selama 3,5 tahun sebelum akhirnya menyerah kalah kepada sekutu lalu terjadilah kemerdekaan Indonesia.

Berartinya perlawanan rakyat pada masa penjajahan dapat dikatakan meringankan beban pejuang kemerdekaan. Pada zaman dahulu, perlawanan rakyat ditunjukkan dengan kekerasan. Maka tidak heran banyak terjadi peperangan di berbagai daerah untuk menjaga kedaulatan Indonesia.

Perang yang dilakukan rakyat menggunakan senjata ala kadarnya. Biasanya bambu runcing menjadi senjata andalan dalam peperangan rakyat Indonesia.

Macam Perlawanan Rakyat Bali

Kala itu, beberapa kerajaan di Bali memerintahkan para rakyatnya untuk mengusir penjajah yang menduduki tanah Pulau Dewata. Kurangnya pasukan mengakibatkan kerajaan di Pulau Bali selalu berujung kekalahan dalam setiap perlawanan.

Hal ini didukung dengan peralatan perang yang kurang memadahi. Beragam perlawanan rakyat Bali dalam upaya mengusir penjajah dapat disimak dalam uraian materi sebagai berikut.

Perang Buleleng (1844)

Perang Buleleng terjadi pada tahun 1844. Pada waktu itu pemerintah kolonial Belanda menginginkan perluasan wilayah kekuasaan untuk menambah pemasukan stok hasil bumi. Permintaan tersebut diindahkan oleh Raja Buleleng pada waktu itu dengan mengijinkan pemerintah kolonial Belanda mengibarkan bendera merah putih biru di kawasan Buleleng. Ternyata, timbal balik pemerintah kolonial Belanda tidak berujung manis.

Mereka meminta tradisi tawan karang dihapuskan. Padahal, tradisi tawan karang sudah menjadi budaya rakyat Bali dari para leluhur. Tawan karang merupakan hak raja di Bali yang melakukan perampasan terhadap kapal yang telah terdampar di pantai kekuasaan kerajaan.

Karena pemerintah kolonial Belanda menolak menyerahkan kapalnya, padahal rakyat Bali sudah memberikan hasil panen terhadap mereka lalu terjadi perang buleleng.

Perang Buleleng terjadi di Pantai Prancak dan Pantai Sangsit. Raja Buleleng kala itu dipimpin oleh I Gusti Ngurah Made Karangasem. Kerajaan Buleleng diserang oleh Belanda dengan menembakinya dengan meriam.

Perlawanan rakyat Buleleng terpaksa runtuh karena kekurangan peralatan perang. Akhirnya, kerajaan buleleng jatuh ke tangan Belanda. Peperangan ini dimenangkan oleh Belanda.

Perang Jagaraga (1848-1849)

Perang Jagaraga terjadi pada tahun 1848 sampai dengan tahun 1849. Selama setahun tersebut perang terus terjadi untuk membuktikan yang terkuat antara pemerintah kolonial Belanda melawan Kerajaan Jagaraga. Secara geografis, letak kerajaan jagaraga berada di dataran tinggi.

Sehingga pemimpin perlawanan rakyat Bali kala itu yang bernama I Gusti Ketut Jelantik memerintahkan mode supit urang.

Mode supit urang merupakan cara berperang masyarakat jaman dahulu yang mengandalkan penyerangan dari dua arah. Perbukitan yang dikelilingi jurang disekitarnya mendukung mode supit urang.

Karena pasukan kolonial Belanda belum mengetahui medan perang akhirnya perlawanan kali ini dimenangkan oleh Kerajaan Jagaraga. Perlawanan yang berlangsung setahun tersebut menyebabkan banyaknya korban berjatuhan dari kedua pihak.

Perang Kusamba (1849)

Perlawanan rakyat Bali yang selanjutnya adalah perang kusamba. Perang ini dilakukan oleh Kerajaan Kusamba pada tahun 1849. Kala itu Belanda yang telah kalah dari Kerajaan Jagaraga berencana melakukan balas dendam dengan membawa pasukan sangat banyak. Tidak hanya itu, penyerangan Belanda dilakukan dari dua sisi yaitu depan dan belakang.

Kerajaan Kusamba seperti terjebak oleh dua bencana yang mau tidak mau harus dihadapi dengan perlawanan.

Akhirnya perang yang terjadi antara pemerintahan kolonial Belanda dengan Kerajaan Kusamba terjadi secara besar-besaran. I Gusti Ketut Jelantik yang merupakan pemimpin perang menjadi incaran Belanda untuk membalaskan dendamnya. Rakyat Bali berjuang melindungi Kerajaan Kusamba dan menyimpan I Gusti Ketut Jelantik sebagai pengatur strategi perang. Rakyat Bali semakin terpojok hingga korban berjatuhan.

Meski begitu, rakyat Bali tidak gencar melakukan perlawanan sengit demi melindungi Kerajaan Kusamba. Pada akhrinya, rakyat Bali kalah dengan tewasnya seluruh pejuang dan I Gusti Ketut Jelantik.

Tanggal 19 April 1849, Kerajaan Kusamba jatuh ke tangan Belanda dan Bali Utara menjadi daerah kekuasaan mereka. Jatuhnya Kerajaan Kusamba mengakibatkan Belanda selalu ikut campur dalam pemerintahan Bali.

Pemerintah Belanda menganjurkan P. L. Van Bloemen Waanders sebagai pengatur utama administrasi kerajaan. Pemimpin tertinggi di Bali kala itu dipegang berada di bawah perintah Raja. Namun Belanda mengubah aturan tersebut menjadi pengatur utama sebagai pemegang kekuasaan.

Alhasil, tanam paksa semakin terjadi dengan marak di kawasan Bali. Meski demikian, Belanda membawa manfaat atas penjajahannya tersebut.

Yaitu membuka sekolah di Bali yang bernama Tweede Klasse School pada tahun 1875. Sekolah tersebut pada tahun 1913 berganti nama menjadi Erste Inlandsche School. Tetap saja yang boleh dapat bersekolah disitu adalah anak bangsawan dan golongan kaya. Biaya untuk bersekolah disana kala itu sangat mahal. Sehingga pribumi tidak memiliki dana untuk menyekolahkan anaknya disana.

Sejatinya perang merupakan jalan yang dipilih masyarakat Indonesia kala itu termasuk rakyat Bali dalam upaya mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Meski perang mengakibatkan kerugian baik jiwa maupun harta namun demi kejayaan bangsa hal tersebut rela untuk dilakukan.

Baca juga;

  1. Desa Bengkala [Kubutambahan-Buleleng]
  2. Desa Trunyan [Bangli- Bali]
  3. Desa Pemuteran [Buleleng-Bali]

Terima kasih telah menjadikan artikel ini sebagai sumber edukasi, semoga ilmu yang terkandung dapat bermanfaat dengan baik. Semangat terus pelajar Indonesia !

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "3+ Macam Perlawanan Rakyat Bali pada Masa Perjuangan"

Posting Komentar